Generalisasi (Ilmu Logika @ Mantik) -part 2
GENERALISASI
YANG SALAH
Kita
telah mengetahui bahwa tingkat keterpercayaan suatu generalisasi tergantung
bagaimana tingkat terpenuhnya jawaban atas evaluasi sebagaimana tersebut di
atas. Semakin terpenuhnya syarat-syarat tersebut semakin tinggi tingkat
keterpercayaan generalisasi dan begitu pula sebaliknya.
Bagaimana juga ada
kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan fenomena yang sangat
sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk dibuat generalisasi. Hal ini juga
bisa disebut sebagai generalisasi tergesa-gesa.
GENERALISASI
EMPIRIK DAN GENERALISASI DENGAN PENJELASAN
Sebagaimana
telah disebutkan bahwa generalisasi (sudah barang tentu generalisasi tidak
sempurna) tidak pernah mencapai tingkat keterpercayaan mutlak namun kesimpulan
yang dihasilkan menjadi terpercaya manakala terpenuhi empat syarat yang telah
disebutkan di atas. Apabila generalisasi ini disertai dengan penjelasan
‘mengapa’ maka kebenaran yang dihasilkan akan lebih kuat lagi.
Generalisasi
yang tidak disertai dengan penjalasan mengapa-nya atau generalisasi berdasarkan
fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik. Atau dengan melihat
pendapat Metron yang membatasi generalisai empiris sebagai "suatu
proposisi tersendiri yang meringkas keseragaman hubungan yang diminati di
antara dua tau lebih variable" yang memisahkan istilah "hukum
ilmiah" dengan "suatu pernyataan invariant yang dapat ditarik dari
suatu teori." Perbedaan diantara berbagai generailisasi emperis ini,
dimana teori penjelas yang tepat ternyata belum ada dan di mana teori demikian
telah ada.
Taruhlah
kita mempercayai generalisasi Darwin “semua kucing berbulu putih dan bermata
biru adalah tuli”. Pernyataan ini didasarkan atas generalisasi yang benar dan
terpercaya, sehingga kita semua mengakui kebenaran pernyataan ini. Tetapi
sejauh itu, pernyataan serupa ini hanya mendasarkan kepada fenomenanya, maka
hal ini adalah generalisasi empirik. Apabila kemudian kita dapat menjelaskan
mengapa kucing yang mempunnyai ciri-ciri serupa itu adalah tuli, yakni
menghubungkan bahwa ketiadaan pigmen pada bulu kucing dan warna matanya
mengakibatkan organ pendengarannya tidak berfungsi dan generalisasi ini disebut
generalisasi dengan penjelasan (explained generalization). Generalisasi ini
mempunyai taraf keterpercayaan hampir setingkat dengan generalisasi sempurna.
Kebayakan
generalisasi pada kehidupan kita adalah generalisasi empirik, yang berjalan
bertahun-tahun bahkan berabad-abad sampai akhirnya dapat diterangkan. Telah
diketahui berdasarkan generalisasi bahwa tanah yang ditanam secara bergantian
dengan jenis lain secara teratur akan menghasilkan panen yang lebih baik
dibanding jika ditanami dengan tanaman yang selalu sejenis. Ini diketahui sudah
sejak berabad-abad, tetapi sedemikian jauh masih merupakan generalisasi
empirik.
Setelah
bertahun-tahun manusia mendasarkan tindakannya atas pengetahuan yang
semata-mata empirik kemudian menemukan rahasianya bahwa pergantian jenis
tanaman akan menghasilkan kesuburan bagi tanah inilah yang menyebabkan panenan
berikutnya baik. Pengetahuan kita sekarang ini, bahwa memanfaatkan tanah dengan
menanaminya secara berganatian akan menghasilkan panen yang bagus, menjadi
pengetahuan generalisasi dengan penjelasan, karena kita telah mengetahui
hubungan kausalnya.
Jadi
benarlah bahwa semua hukum alam mula-mula dirumuskan melalui generalisasi
empirik kemudian setelah diketahui hubungan kausalnya, maka lahirlah
generalisasi dengan penjelasn dan inilah yang melahirkan penjelasan ilmiah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan